# Penerapan Zona Integritas KUA Kecamatan Karanglewas, Biaya Nikah di KUA GRATIS dan nikah di Luar KUA membayar Rp 600 ribu, disetorkan langsung ke Bank #

teks berjalan

Selamat Datang di web blog KUA Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah, dengan aplikasi SIMKAH kami terus mengembangkan mutu layanan menuju KUA berbasis IT # Biaya nikah di KUA GRATIS dan nikah di Luar KUA membayar Rp 600 rb, disetorkan ke Kas Negara melalui Bank, Pos dan tempat pembayaran lainnya # Kami turut menyampaikan dukacita yang sedalam-dalamnya atas musibah Mina yang menimpa sebagian jama'ah haji khususnya jama'ah haji Indonesia #

Manasik Haji Kec. Karanglewas

Para peserta sedang melaksanakan praktek Manasik Haji dalam rangkaian kegiatan Bimbingan Manasik bagi Calon Jama'ah haji Kec. Karanglewas Kab. Banyumas.

Hari Amal Bakti Kemenag RI Ke-74 Tahun 2020

Tema HAB Kemenag RI Ke-74 tahun 2020 "Umat Rukun, Indonesia Maju"

KUA Kecamatan Karanglewas tampak depan

Kantor Urusan Agama Kecamatan Karanglewas melayani masyarakat setulus hati bebas pungli dan gratifikasi.

Keluarga Sakinah dambaan kita semua

Menjadi keluarga sakinah merupakan tujuan rumah tangga yang dibangun oleh sepasang kekasih yang melaksanakan pernikahan, bahagia lahir batin dunia hingga akhirat.

Gerakan Maghrib Mengaji

Tradisi belajar al-Qur'an dan agama sehabis maghrib hingga Isya merupakan warisan para ulama kita yang perlu dilestarikan, salah satu mencerdaskan dan menyelamatkan generasi muslim mendatang.

Senin, 26 Oktober 2015

Hari Santri Penghargaan Pemerintah Atas Kontribusi Santri Terhadap Negara

Jakarta  — Keputusan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), untuk menerbitkan Keppres tentang Hari Santri Nasional, sungguh sangat tepat. Bukan dalam makna politis akan tetapi merupakan pengahargaan atas peran para Santri yang memiliki kontribusi sangat positif bagi Indonesia.
Hal ini disampaikan Sekjen Kemenag  Nur Syam, Jumat (24/10), terkait dengan pencanangan Hari Santri Nasional yang dilakukan oleh Presiden Jokowi di Masjid Istiqlal, Rabu (22/10) lalu. Menurutnya, penghargaan itu sangat bermakna mengingat  kaum pesantren, dengan santri dan kyainya adalah kelompok masyarakat yang sangat sadar tentang arti kemerdekaan bagi bangsanya. “Tidak hanya kala terjadi perebutan kemerdekaan,  pra dan pasca kemerdekaan, akan tetapi juga peran mereka dalam pembangunan bangsa hingga sekarang,” terangnya.
Nur Syam mengatakan, jika  merujuk pada banyaknya pejuang kemerdekaan dari kalangan santri yang gugur di medan laga, maka dapat dipastikan bahwa peran mereka sangat besar. Secara kuantitatif,  jumlah mereka bahkan tidak bisa dihitung dengan jari. “Seluruh moment untuk merebut kemerdekaan, baik pada masa pra kemerdekaan, saat kemerdekaan dan pasca kemerdekaan tentu melibatkan mereka yang disebut sebagai santri,” ujarnya.
Sekedar menyebut contoh, Nur Syam mengungkap bahwa jika  menggunakan referensi perjuangan pra kemerdekaan, maka pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, Kyai Nawawi Al Bantani, Kyai Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Ahmad Dahlan, Kyai Ahmad Soorkati, Kyai Hassan Bandung, Cut Nyak Dien, Tengku Umar, Sultan Agung, Pangeran Senopati, Pangeran Hadiwijaya, Adipati Unus,  Sultan Tenggono, Raden Fatah, dan sejumlah tokoh pimpinan organisasi maupun pimpinan negara adalah para Santri. “Bahkan para pujangga, seperti  Yosodipuro, Ronggowarsito,  dan Raden Saleh adalah para Santri. Tokoh perempuan, Kartini dan Dewi Sartika juga seorang santri. Kartini adalah murid Kyai Saleh Darat, Semarang,” tuturnya.
Sementara itu, lanjut Nur Syam, jika  menggunakan referensi masa kemerdekaan, maka Soekarno, Mohammad Hatta,  Wahid Hasyim, Wahab Hasbullah, Kyai Bisri Syamsuri, Kyai Romli Tamim, Kyai Usman Al Ishaqi, Kyai Agus Salim, KH. Mas Mansur, Bagus Hadikusumo, Bung Tomo, Soedirman, dan sejumlah nama lain tentu juga merupakan santri dalam konteks yang lebih luas. Mereka merupakan kelompok paling sadar tentang pentingnya kemerdekaan bangsa. 
“Saya bahkan berkeyakinan, bahwa pendiri bangsa ini, Soekarno,  pastilah orang yang memiliki guru spiritual yang sangat hebat yang mampu memberikan suntikan spiritual untuk memerdekakan bangsa Indonesia,” terangnya.
Nur Syam menambahkan, zaman terus berganti sehingga perjuangan untuk mengisi kemerdekaan saat ini berada di tangan generasi penerus bangsa. Dalam konteks itu, para santri juga memiliki peran yang tidak sedikit.  Menurut Nur Syam, jika Hadratusy Syekh KH. Hasyim Asy’ari telah menorehkan tinta emas Resolusi Jihad, tanggal 22 Oktober, yang kemudian dijadikan sebagai tonggak untuk “Hari Santri”, maka jihad para kyai dan santri dewasa ini adalah di bidang pendidikan.
Pesantren yang merupakan karya agung para kyai adalah bukti bagaimana para santri berperan sangat signifikan di dalam pembangunan bangsa khususnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang produktif. Sumbangan terbesar para kyai dan santri bagi pembangunan bangsa ini adalah melalui pendidikan yang komprehensif. “Sungguh tidak terbayangkan bahwa tanpa pesantren, Indonesia akan seperti sekarang. Banyaknya orang yang melek huruf, tentu salah satu sumbangan realistis dari dunia pesantren,” katanya.

Sehubungan itu, Nur Syam menegaskan bahwa Bangsa Indonesia harus bangga dengan keberadaan pesantren yang selalu siap berada pada garda terdepan dalam mengawal kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu contoh riil, lanjutnya, kala terjadi pemberontakan G.30 S/PKI, maka para kyai dan santri yang berada di garis depan bersama TNI dan masyarakat untuk berjuang mempertahankan Indonesia dari kekuasan komunis yang atheis.
“Kala pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana (KB), maka para kyai, khususnya KH. Idham Cholid, yang menjadi juru bicara agar program KB ini sukses. Kala Negara berada di dalam konteks otoriter, maka Gus Dur yang tampil di permukaan untuk mengembalikan posisi negara dalam jalur yang benar. Bersama dengan komponen bangsa yang lain, Beliau meneriakkan mengenai demokratisasi dan keterbukaan,” paparnya.
Para Kyai,  kata Nur Syam, juga terus berjuang untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kyai Ahmad Siddiq, KH. Syamsul Arifin, Kyai Masykur dan Kyai Ma’shum  adalah mereka yang menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bangsa. Bahkan mereka menyatakan “jika penetapan Pancasila sebagai asas negara ini salah, maka mereka  rela masuk neraka terlebuh dahulu”. 
“Jadi mereka adalah Kyai yang memiliki wawasan kebangsan yang sangat tinggi. KH. Sahal Mahfudl, KH. Muchit Muzadi juga menyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sudah final bagi bangsa Indonesia,” tegasnya.
Melalui peran-peran positif yang dimainkan oleh para santri, kata Nur Syam, maka sudah selayaknya jika Presiden  Jokowi menganugerahkan  “Hari Santri Nasional” yang diresmikannya pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta.
Menurutnya, peresmian Hari Santri Nasional, bagi bangsa Indonesia sangat bermakna di dalam kerangka untuk memperteguh peran kaum santri di negeri tercinta ini, khususnya  dalam membangun SDM yang andal dan bermanfaat serta tetap menjadikan Indonesia dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebinekaan, sebagai konsensus yang akan terus dijaganya. (sumber: www.kemenag.go.id)

Kamis, 15 Oktober 2015

Rakor Wakaf: Jangan Ada Tanah Wakaf Yang Dijual!

Karanglewas--Banyumas. Harta wakaf adalah amanah yang harus diamankan dan dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan perangkat aturan yang ada di Indonesia, seharusnya persoalan perwakafan hendaknya bisa tertib dan sesuai syariát, baik tertib secara administrasinya, tertib pengelolaannya dan terjamin keamanannya secara hukum. Untuk kepentingan hal ini, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas menyelenggarakan Rapat Koordinasi Wakaf bagi Kepala KUA Kecamatan Karanglewas, para Nazhir dan Ta'mir Masjid se-Kecamatan Karanglewas pada hari Kamis, 15 Oktober 2015 di Aula Pondok Pesantren Nurul Iman Desa Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas.
Dalam paparannya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas melalui Penyelenggara Syariáh, Agus Steiawan, S.Sos.I menyampaikan bahwa kegiatan tersebut untuk mencari solusi sekaligus memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa proses sertifikasi tanah wakaf sebenarnya tidak sulit, asal persyaratannya dipenuhi dan dari nazhir lebih pro-aktif melakukan langkah-langkah kongkrit, jika ada kendala segera bisa ditangani. Agus juga menyampaikan bahwa untuk tahun anggaran 2016 Kementerian Agama menyediakan bantuan operasional untuk proses pensertifikatan tanah wakaf senilai 20 juta rupiah untuk 20 bidang tanah wakaf, "untuk itu diharapkan yang hadir disini untuk segera mempersiapkan sejak sekarang agar pada waktunya nanti dapat dana tersebut benar-benar dapat dicairkan, sayang jika pemerintah sudah menyediakan dana tetapi tidak dipergunakan."paparnya di depan peserta rakor.
Pada kesempatan yang sama, narasumber KH. Abdul Hamid yang juga Ketua Forum Nazhir Wakaf (FORNAWA) Kabupaten Banyumas menyampaikan bahwa para nazhir adalah pejuang-pejuang agama, untuk itu dalam melaksanakan tugasnya sebagai nazhir agar lebih fokus agar supaya permasalahan tanah wakaf atau bagi wakif yang ingin mewakafkan tanahnya bisa tertangani secara cepat. Jangan sampai ada cerita tanah wakaf terkatung-katung tidak diurus bertahun-tahun sehingga belum diproses ke Badan Pertanahan keburu dijual oleh ahli warisnya, naúdzubillah.
Di akhir acara, Kepala KUA Kecamatan Karanglewas juga mengharapkan agar para nazhir dan ta'mir masjid lebih responsif terhadap masyarakat yang ingin beribadah berupa wakaf, KUA siap membantu sampai terlaksananya Ikrar Wakaf, persoalan tatacara maupun prosedur sebenarnya tidak sesulit dan seruwet yang dibayangkan, asal ada kemauan dan kerja sama yang baik semua pihak, pasti semuanya berjalan lancar dan tanah wakaf terjamin legalitas wakafnya serta tidak ada pihak-pihak yang menggugatnya untuk kepentingan pribadi atau golongan.(umar)

Peraturan Pemerintah

Undang-undang RI

Selasa, 13 Oktober 2015

Kemarau Panjang, Shalat Istisqo di Halaman Kecamatan Karanglewas

Karanglewas, Banyumas-- Kekeringan yang melanda warga masyarakat dengan adanya musim kemarau yang panjang atau belum juga turunnya hujan, mengakibatkan sebagian warga mengalami kekurangan air untuk keperluan sehari-hari, sehingga tak jarang mereka harus rela mengorbankan tenaga dan waktunya untuk mencari sumber air yang jauh dari tempat tinggalnya. Demikian juga suhu panas yang terus meningkat dapat dengan mudah mengakibatkan kebakaran. Untuk itu warga sangat segera menginginkan guyuran air hujan  untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Hal tersebut direspon positif oleh pemerintah kabupaten Banyumas, melalui seruan Bupati Banyumas dan seruan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas agar umat Islam di seluruh wilayah Banyumas melaksanakan shalat Istisqo untuk memohon agar Allah SWT segera menurunkan hujan. 
Di tingkat Kabupaten Banyumas, shalat Istisqo dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB yang dipusatkan di Alun-alun Purwokerto. Demikian juga, di hari yang sama pukul 09.00 WIB pelaksanaan shalat Istisqo di tingkat Kecamatan Karanglewas diselenggarakan di halaman Kantor Kecamatan Karanglewas yang diikuti oleh Muspika, pegawai pada dinas/instansi di Kecamatan Karanglewas, KUA Kecamatan Karanglewas, para Kepala Desa dan jajarannya, Tokoh Agama, Ta'mir masjid dan warga masyarakat sekitar Kantor Kecamatan Karanglewas, dan bertindak sebagai Imam sekaligus Khatib pada kegiatan shalat Istisqo tersebut yaitu KH. Abdul Qodir (Ketua IPHI Kecamatan Karanglewas).
Dalam khutbahnya, KH. Abdul Qodir mengajak agar kaum muslimin yang hadir untuk merenungi kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kepada Allah SWT sehingga musibah yang menimpa suatu penduduk diakibatkan karena ulah manusia itu sendiri. Oleh karenanya kita harus muhasabah dan bertaubat atas perilaku durhaka kepada Allah. Dengan membacakan ayat "telah tampak kerusakan di bumi dan di lautan semua itu akibat perilaku manusia, agar merasakan sebagian akibat ulah mereka agar mereka segera kembali kepada-Nya", KH. Abdul Qodir menekankan pentingnya beristighfar memohon ampun kepada Allah, agar Allah segera menurunkan air hujan yang memberi rahmat. Semoga Allah segera memberikan belas kasihan kepada kita sebagai manusia yang lemah dan penuh kekurangan. (umar)

Kamis, 08 Oktober 2015

Presiden Jokowi: Dalam Keragaman Melekat Nilai-Nilai Saling Menghargai

Ambon (Pinmas) –  Presiden Joko Widodo  meyakini, dengan keragaman suku, agama dan budaya, sebenarnya melekat nilai-nilai untuk saling menghargai. Dalam keragaman itu ada kesatuan. “Dalam keragaman itu melekat nilai-nilai ‘basudara’. Itulah makna dari Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Presiden Jokowi saat membuka acara Pesta Paduan Suara Gereja (Pesparawi) Tingkat Nasional XI di kota Ambon Provinsi Maluku, Selasa (6/10).
“Saya senang dengan Pesparawi ini. Apalagi mendapat kabar, kalau umat Islam juga menyediakan tempat penginapan untuk peserta dari 34 provinsi tersebut,” ujar Presiden. 
“Itulah contoh langsung, contoh hidup, dari tema Pesparawi ke-XI kali ini,” lanjut Presiden.
Sebagai tuan rumah, Presiden Jokowi berharap Ambon bisa menjadi tuan rumah yang baik. “Tunjukkan bahwa Ambon adalah paduan suara yang hidup dalam harmoni,” kata Presiden.
Presiden Jokowi juga meminta, dengan Pesparawi ini, Ambon menunjukkan kalau Bhinneka Tunggal Ika, yang memiliki arti walau berbeda-beda tetap satu jua, adalah nafas dalam kehidupan bersama. 
“Tunjukkan bahwa Ambon ‘manise’,” lanjut Presiden disambut tepuk tangan riuh.
Pesparawi diikuti dari 34 provinsi, dengan total peserta hingga penggembira mencapai 7.020 orang. Ada 12 perlombaan di Pesparawi ini. Yakni paduan suara dewasa campuran, paduan suara pria, paduan suara wanita, paduan suara remaja pemuda campuran. Lalu, paduan suara anak, vocal group, musik pop gerejawi, solo remaja putra, solo remaja putri, solo anak 7-9 tahun, solo anak 10-13 tahun, dan musik etnik.
Selain Menag, hadir dalam acara pembukaan tersebut sejumlah menteri Kabinet Kerja di antaranya Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, gubernur dan wakil Gubernur Maluku, Kakanwil Kemenag seluruh provinsi. 
Sumber: www.kemenag.go.id

GAMBARAN UMUM KECAMATAN KARANGLEWAS

A.  Desa-desa di Wilayah Karanglewas

Karanglewas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten BanyumasProvinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 3.248 ha. Jumlah desa semuanya sebanyak 13 desa yaitu:

1.      Babakan
2.      Jipang
3.      Karanggude Kulon
4.      Karangkemiri
5.      Karanglewas Kidul
6.      Kediri
7.      Pangebatan
8.      Pasir Kulon
9.      Pasir Lor
10.    Pasir Wetan
11.    Singasari
12.    Sunyalangu
13.    Tamansari

B.  Letak Geografis

Batas Wilayah Kecamatan Karanglewas:

Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas

Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas
Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas
Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

C.  Jumlah Penduduk dan Pemeluk Agama

Jumlah penduduk Kecamatan Karanglewas berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Karanglewas akhir tahun 2015 adalah 64.028 jiwa yang terdiri dari 63816 orang beragama Islam, 112 orang beragama Kristen, 49 orang beragama Katholik dan 6 orang beragama Budha.

D.  Jumlah Tempat Ibadah

Berdasarkan pendataan pada akhir tahun 2015, jumlah tempat ibadah terdiri dari 88 masjid dan 441 langgar/mushalla





Rabu, 07 Oktober 2015

Data Tanah Wakaf Kecamatan Karanglewas Tahun 2015

NO.
DESA/KELURAHAN
JUMLAH TOTAL
STATUS
SUDAH BERSERTFIKAT
BELUM BERSERTIFIKAT
BIDANG
LUAS  (M2)
BIDANG
LUAS  (M2)
BIDANG
LUAS  (M2)
01
Pasir Lor
11
3138
7
2226
4
912
02
Pasir Wetan
10
3282
7
1783
3
1499
03
Pasir Kulon
11
3902
11
3902
0
0
04
Karanglewas Kidul
15
1928
13
1512
2
416
05
Pangebatan
17
3728
14
3136
3
592
06
Kediri
8
1442
8
1442
0
0
07
Karangkemiri
17
3378
12
2853
5
525
08
Tamansari
7
6020
6
2752
1
3268
09
Karanggude Kulon
14
1923
10
1355
4
568
10
Jipang
17
2498,125
0
0
17
2498,125
11
Singasari
25
6067
18
3489
7
2578
12
Babakan
35
16919
33
16189
2
730
13
Sunyalangu
19
3874
19
3874
0
0
JUMLAH
206
58.099
158
44.513
48
13.586
Data Selengkapnya dapat di download disini